Teknik Menerjemahkan Prosa Fiksi

September 13, 2022
Teknik Menerjemahkan Prosa Fiksi
Gambar Ilustrasi Teknik Menerjemahkan Prosa Fiksi

Teknik Menerjemahkan Prosa Fiksi : Yang disebut prosa fiksi adalah tulisan hasil rekaan semata yang mengandung cerita. Secara sederhana, kalau tulisan ini panjang disebut novel, dan kalau pendek serta dimaksudkan untuk diselesaikan dengan sekali baca disebut cerita pendek.


Akan tetapi, secara umum kedua jenis prosa ini mempunyai kesamaan karakteristik, selain ceritanya hanya hasil rekaan semata, keduanya punya plot, punya pelaku, dan menggunakan bahasa yang lugas, tidak sepadat serta se bemat puisi. Tentu saja ini batasan cerpen dan novel kon vensional. Karena karakteristik dan sifat-sifat yang relatif sama, maka cara menerjemahkannya pun relatif sama juga.


Masalah Dalam Penerjemahan Prosa Fiksi

Menurut Peter Newmark (1988), masalah-masalah yang menghadang penerjemah dalam menerjemahkan prosa fiksi adalah pengaruh budaya sumber dan pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis aslinya. Dalam hal pengaruh budaya BSa, kesulitan ini bisa berupa aturan aturan Bsu, gaya bahasa, latar dan tema. Sedang dalam hal pesan, penerjemah bisa menemukan kesulitan dalam hal idiolek dan ciri-ciri khas penulis.


Selain masalah tersebut di atas, perlu diperhatikan juga ciri-ciri konvensi kesusastraan pada saat karya itu ditulis Dengan demikian, penerjemah tidak akan salah memahami naskah aslinya, terutama dalam hal gaya penulisannya.


Sementara orang memandang bahwa menerjemahkan cerpen atau lebih mudah daripada menerjemahkan puisi karena kata-kata yang digunakan tidak sehemat dan seterpilih kata-kata puisi. Keindahan dalam sebuah cerpen atau novel tidak begitu tergantung pada pilihan kata, rima, dan irama, tetapi lebih terletak pada alur cerita dan pengembangan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita itu. Pendapat ini memang tidak salah. Hanya saja kalau tidak hati-hati, penerjemah bisa saja terjerumus ke dalam penerjemahan kalimat per kalimat, yang kalau dibaca


Sepintas terlihat bagus dan runtut, tetapi secara keseluruh an tidak membawa pesan seperti yang diamanatkan oleh naskah aslinya. Mengapa demikian? Menurut Basnett-Me Guire (1980), penterjemah yang melakukan kerja seperti hipotesis di atas memang sudah bekerja keras untuk meng hasilkan naskah dalam BSa yang enak dibaca. Akan tetapi, ternyata dia gagal untuk menemukan hubungan antara tiap-tiap kalimat yang diterjemahkannya dengan struktur cerpen atau novel secara keseluruhan. Akibatnya banyak pesan yang tak tersampaikan.


Menurut Wolfgang Iser (dalam Basnett-McGuire, 1980), dalam sebuah cerpen atau novel suatu kalimat tidak se kadar ujaran yang berdiri sendiri, tetapi kalimat itu ber tujuan untuk mengatakan sesuatu di luar apa yang tertulis itu, karena kalimat dalam teks sastra selalu berfungsi seba gai indikasi akan datangnya serangkaian ide yang akan menyusul. Dengan cara demikian, sebuah cerita bisa terasa pekat dan mengasyikkan untuk terus diikuti, sehingga bila pener jemah hanya menggarap kalimat-kalimatnya itu sebagai kalimat-kalimat yang berdiri sendiri, hanya berdasarkan makna dari tiap-tiap kalimat saja, maka hasil terjemahannya akan kehilangan dimensi, kedalaman, dan keluasan makna yang ingin disampaikan oleh penulis aslinya.


Setelah membaca penjelasan diatas, memang tidak mudah untuk menerjemahkan Prosa Fiksi. Butuh keahlian khusus untuk menerjemahkannya. Belum lagi jika harus diterjemahkan kedalam Bahasa asing seperti Bahasa Inggris, penerjemah harus dilakaukan oleh penerjemah professional yang ahli pada bidangnya. Jikapun dibutuhkan untuk keperluan yang legal, maka dibuthkan juga Jasa Penerjemah Resmi Tersumpah untuk menerjemahkannya.


Share this :

First